Jumat, 11 Juni 2010

Dunia Sufi Di Era Transformasi

Dunia Sufi Di Era Transformasi

Oleh : Atus Ludin Mubarok

Ada pemahaman yang kurang pas di kalangan umat islam dewasa ini mengenai tasawuf dengan toriqotnya. Sebagian menyatakan bahwa tasawuf tidak pernah di kenal di jaman Rasulullah SAW, sebagian lagi menyatakan bahwa jangan mempelajari toriqot ketika syariat yang kita kerjakan belum sempurna.

Kata tasawuf sebagaimana di jelaskan Dr. Ibrahim Baisuni dalam Nasy'at al-Tashawwuf wa al-Islami baru berkembang sebagai istilah teknis setelah abad kedua Hijriyah, dengan memahami artikulasi dari tasawuf kita akan dapat menyimpulkan pentingkah ilmu ini untuk di pelajari atau mungkin tabu.

Di negeri kita dengan umat islam terbesar di dunia, belum ada yang berani mengeluarkan acuan atau sertfikasi kesempurnaan ibadah syariat seseorang, karena syariat merupakan masalah yang tidak bisa di ukur dengan akal atau alat secanggih apapun, kesempurnaan syariat bukan milik kiai atau politisi, bukan milik pejabat atau konglomerat, mungkin saja dapat di raih oleh orang fakir yang penuh kenisbian, namun penuh kekhusuan.

Manusia terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan, yakni aspek lahiriyah dan aspek batiniah. Kedua aspek ini harus senantiasa seiring sejalan dalam kebaikan, jika kontradiksi tentu tidak dapat di jamin akan memiliki kepribadian yang sempurna dan akhlak yang terpuji secara istiqomah.

Dalam iqodulhimam fi sarhi al-hikam Syekh ahmad bin Muhammad Ajibah al-Husna ra, menuturkan untuk memperbaiki lahiriyah kita membutuhkan syariat, sementara untuk memperbaiki batiniyah di perlukan thoriqot. Anatara syariat dan thoriqot semestinya di pelajari dan di amalkan secara bersamaan. Syariat merupakan pengamalan dari ilmu fqh dan thoriqot adalah amaliah dari tasawuf, jika dalam fikh perbedaan pendapat melahirkan madzhab maka dalam taswuf disebut thoriqot dan dalam tauhid di sebut firqoh. Madzhab yang mashur seperti madzhab Syafi'i, Hambali, Malki, Hambali. Dhohiri, bagi yang memiliki pengetahuan cukup bisa saja memiliki madzhab tersendiri. Thoriqot yang mu'tabaroh dalam arti teruji kebenarannya dengan dasar Qur'an dan Sunnah dalam data Jam'iyah Ahlu Thorqoh al-Mu'tabaroh al-Nahdiyah, organisasi di bawah NU yang khusus menangani dunia kesufian, terdapat 56 thoriqoh salah satunya thoriqat Qodiriyah Naqsabandiyah pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Firqoh dalam masalah akidah sebagaimana di sabdakan Rasulullah SAW akan terpecah menjadi 73 golongan, ahlu al-Sunah wa al-Jama'ah satu-satunya firqoh yang senantiasa di ridoi Allah SWT.

Syekh Zarwaq dalam kitab al-Ta'aruf li Madzhab akhli al-taawwuf yang ditulis Abu Bakar Muhammad al-Kalabadi. Menuturkan pentingnya penyatuan kedua unsur yang berbeda pungsi ini dengan pendapatnya.

Seken dari buku tasawuf jalan menuju tuhan hal23

Untuk mempermudah pemahaman mengenai tasawuf ad baiknya kita melihat definisi dari literature di bawah ini.

Sken dari buku persoalan umat dalam pandangan ulama. Hal199-200

Titik bidik ilmu tasawuf adalah bersihnya hati dari segala penyakit batin, seperti ujub, ria, takabur, hasud, iri dan penyakit batin berbahaya lainnya. Beda antara penyakit lahir dengan batin adalah kalau penyakit lahir bermuara di badan, di rasakan diri sendiri, orang lainlah yang dapat menyembuhkannya. Sementara penyakit batin bermuara dalam sikap dan akhlak, di rasakan orang lain, pribadinyalah lah yang harus berusaha untuk menyembuhkannya. Contohnya ketika seseorang mempunyai perangai sombong, kesombongannya akan di rasakan orang lain bukan oleh dirinya, begitu pun kikir, ria, ujub dan lainnya, kesembuhan dari penyakit ini hanya dengan usaha sendiri, misalnya dengan menambah wawasan dengan ilmu agama.

Imam Ghojali dalam ihya ulumudin menuturkan. "Tidak ada seorangpun yang kosong dari penyakit Batin, kecuali para nabi. Tidak ada obat dan dokter yang dapat menyembuhkan penyakit ini kecuali dengan zikir yang di ingat dalam hati dan di ucapkan dengan lisan". Ini sejalan dengan apa yang di sabdakan Rasulullah SAW. "Setiap segala sesuatu ada alat untuk menbersihkannya, dan untuk membersihkan hati (dari berbagai penyakit, Ren) adalah zikir kepada Allah.

s% yxn=øùr& `tB 4ª1ts? ÇÊÍÈ tx.sŒur zOó$# ¾ÏmÎn/u 4©?|Ásù ÇÊÎÈ

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri. Dan dia ingat nama Tuhannya (zikir), lalu dia sembahyang. (QS. al-A'la : 14-15).

Belajar tasawuf dengan amaliah toriqotnya berarti melatih diri untuk senantiasa berzikir kepada Allah SWT dalam situasi apa pun, dengan zikir yang kita kerjakan menunjukan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Seken dari buku bulan hijriyah dalam dimensi sufi hal 12

Artinya : tanda cinta kepada Allah adalah mencintai dzikrullah, tanda benci kepada Allah adalah membenci dzikrullah. (HR. Baihaqi ra dari Anas ra)

Zikrullah akan melahirkan manusia unggulan yang Allah sebut dengan ulul al-bab, zikrullah juga akan menuai ampunan Allah, ketika ampunan sudah dapat di genggam maka rahmat akan mudah tercurah.

žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ

Artinya. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah (dengan berzikir, red) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Imran : 190-191).

Ï šúïÌÅ2º©%!$#ur ©!$# #ZŽÏVx. ÏNºtÅ2º©%!$#ur £tãr& ª!$# Mçlm; ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $VJÏàtã ÇÌÎÈ

Artinya : dan orang-orang dari laki-laki dan perempuan yang berzikir kepada Allah dengan banyak, Allah akan menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang yang besar. (QS. Al-Ahzab : 35).

Dalam kitab jami'ul ushul al-aulia Syeekh Ahmad al-Kamsahanuwi al-Naqsabandi ra halaman161 menuturkan bahwa : "Zikir itu ada tiga macam, yakni zikir yang di ucapkan oleh lisan, zikir yang tertanam di dalam hati, dan zikir yang menyatu dengan ruh, serta saling berhubungan satu sama lainnya". Sebagian ulama sufi menyatakan Zikir iti ada tiga kriteria. Pertama zikir yang di ucapkan dengan lisan sementara hatinya lupa kepada Allah SWT, zikir ini di namakan zikir adat atau umum. Kedua, zikir yang di ucapkan dengan lisan dan hatinya pun hadir mengingat Allah SWT ini dinamakan zikir ibadah atau khusus, ketiga, zikir yang di ucapkan dengan lisan, hatinya hadir mengingat Allah dan seluruh tubuhnyapun berzikir ini dinamakan zikir mahabbah atau ma'rifat.

Tentu seluruh manusia yang mengharap keridoan Allah SWT, merindukan untuk senantiasa dapat menjadikan lisan, hati dan badan sebagai fasilitas pencapaian tujuan, dengan zikir keridoan Allah mudah di gapai, dengan lupa berzikir azab cepat menghampiri.

Tasawuflah yang dapat mengantarkan kita mudah memahami bagaimana caranya melatih lisan dan hati untuk selalu berzikir, perlulah kita mencari ahli untuk mendapat tuntunannya. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk melakukan zikir dengan lisannya, tetapi yang dapat melakukan zikir dengan hatinya, mungkin tidak terlapau banyak.

Tasawuf tidak identik dengan kemiskinan atau mengucilkan diri dari pergaulan, orang belajar tasawuf bebas memiliki kekayaan tetapi jangan sampai mencintainya, karena kalau manusia mencintai kekayaan atau jabatan, maka yang banyak di ingat tentu harta dan jabatannya sementara Allah di lupakannya. Memiliki kekayaan sebanyak apa pun, atau jabatajn setinggi apa pun, sah-sah saja tetapi hati hanya terpokus mengingat Allah, insya Allah berkah dan sukses dunia akhirat.

Seorang sufi di era tranformasi tidak identik dengan baju rombeng dan menutup diri dari pergaulan, sufi transformis berbaju perlente, pandai bergaul dengan berbagai kalangan tetapi memiliki tujuan semata-mata mencari keridoan Allah SWT dan menjadikan dunia hanya sebagai persinggahan bukan tujuan, ketika ada orang yang membutuhkan harta atau jiwanya, kapan pun siap sedia. Selamat mencoba dunia sufi transformis yang dinamis.

Banyak contoh di kalangan ulama salafusholih yang telah berhasil menjadikan dzikrullah sebagai jalan pensucian jiwa, sehingga terlahir menjadi manusia bermental baja, memiliki kerinduan mendalam perjumpaan dengan tuhan-Nya. Sebut saja Ibrahim bin Adham, Fija'il bin Iyad, abu Yajid dan tokoh-tokoh sufi besar lainnya. Mereka merupakan raja-raja dengan segudang kekayaan yang berlimpah, tidak ada sesuatu barang pun yang di kehendakinya, kecuali mudah dimiliki.

Kenapa mereka dalam kegelimpangan harta menempuh jalan tasawuf, karena ketenteraman tidak dapat dijamin dengan harta dan jabatan, ketenangan milik Allah SWT dan akan di berikan kepada orang yang di kehendaki-Nya. Orang yang di kehendaki tentu seseorang yang dawam mengingatnya dengan kata lain sibuk beraktifitas dengan dzikrullah, dan melupakan urusan keduniaan.

Syekh Naqsabandi ra menuturkan, "bolehlah kamu berpakain dan makanan bagus tetapi ingat ibadahpun harus lebih bagus". Ibadah yang berkualitas adalah ibadah yang terdiri dari lahir dan batin, jika harmonisasi keduamya di jadikan tauladan maka masyarakat kan sadar kelemahan diri dan tidak akan berlaku sombomg.

Dengan dzikrullah, ketenangan mudah di raih. Wajar saja jika Rasulullah saw sangat memprioritaskan dzikrullah untuk di amalkan dalam kehidupan.. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: